Gemuruh amarah ditiap wilayah karena sastra jingga yang keluar dari mulut sang pendosa.
Nyebrangi bahagia menciptakan api neraka menelantarkan sukma.
Terlindas nafsu barracuda menghilangkan nyawa tak berdosa.
Alam kelam siap menerkam membabi buta melahap jiwa yang merana.
Amarah dan tangis lahir dari sudut keadilan yang hilang, saat kebenaran pudar tertutup kabut keegoisan.
Kutatap ibu Pertiwi merintih kesakitan menahan energi yang dapat mengguncangkan semesta.
Api amarah menciptakan awan hitam menyesakkan nafas tak beraturan.
Alam hitam, kegelapan yang menyergap langit kelabu, tanpa cahaya yang menembus bumi yang tandus, tanpa kehidupan yang tumbuh hanya kesunyian, yang memenuhi ruang.
Langit yang murung, tanpa bintang yang bersinar, bumi yang kering, tanpa air yang mengalir.
Hanya kekosongan, yang memenuhi hati.
Negeri hitam, yang tak bernyawa lagi.
“Namun dalam sadarku berkata”.
Dari lumpur hitam pekat, akan lahir kebaikan.
Dari kegelapan, akan muncul cahaya.
Dari kesunyian, akan terdengar suara.
Dari kematian, akan tumbuh kehidupan.
Lumpur hitam pekat, yang menyimpan potensi
Kebaikan yang tersembunyi, menunggu waktu
Untuk muncul ke permukaan, dan menyinari
Dunia yang gelap, dengan cahayaNya yang terang benderang.
Dan Aku Sadar”kan Itu.

