Jakarta,- BIN808.COM || Jaksa Agung Muda Intelijen (JAM-Intelijen), Prof. Dr. Reda Manthovani, S.H., LL.M., menekankan pentingnya kepemimpinan berkesadaran dalam menghadapi tantangan penegakan hukum modern.20 November 2024
Hal tersebut disampaikan dalam Focus Group Discussion (FGD) PPPJ Angkatan LXXXI Gelombang II Tahun 2024 yang digelar oleh Badan Diklat Kejaksaan RI pada Rabu (20/11).
Kepemimpinan Berkesadaran
JAM-Intelijen menjelaskan bahwa kepemimpinan berkesadaran adalah kemampuan untuk memahami dan memanfaatkan potensi pikiran sadar, pra-sadar, dan bawah sadar dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan mengintegrasikan kecerdasan intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ), seorang pemimpin dapat menciptakan keseimbangan logika, emosi, dan spiritualitas untuk menjalankan tugas secara optimal.
Ciri-ciri Pemimpin Berkesadaran:
- Pandangan yang Benar: Memiliki visi yang jelas dan memahami apa yang benar dan salah.
- Ucapan yang Benar: Berkomunikasi dengan konstruktif, menghindari provokasi, dan memberikan solusi.
- Perbuatan yang Benar: Bertindak untuk kebaikan masyarakat dan lingkungan.
- Upaya Spiritual yang Benar: Melatih diri melalui meditasi dan refleksi untuk meningkatkan kualitas spiritual.
Tekanan Media dan Akuntabilitas Hukum
JAM-Intelijen menyoroti meningkatnya daya kritis masyarakat akibat pengaruh media sosial dan viralitas berita.
Hal ini menimbulkan tekanan bagi aparatur hukum untuk memberikan proses hukum yang lebih akuntabel, humanis, dan profesional.
Sebagai solusi, JAM-Intelijen mengajarkan pendekatan berdasarkan Teori Skala Kesadaran Hawkins.
Teori ini mendorong transisi dari pola pikir berbasis “force” (pemaksaan) menjadi “power” (pengaruh positif) dengan:
- Praktik meditasi ringan.
- Afirmasi positif.
- Pembiasaan perilaku baik.
“Pemimpin berkesadaran tidak hanya mampu mengikuti perubahan zaman, tetapi juga membawa dampak positif bagi masyarakat melalui pendekatan yang adil, profesional, dan humanis,” ujar Prof. Reda.
Persiapan Pemimpin Masa Depan
Di akhir sesi, JAM-Intelijen menegaskan pentingnya pengembangan kepemimpinan tidak hanya melalui pendidikan formal atau pengalaman, tetapi juga melalui pelatihan kemampuan EQ dan SQ.
“Melatih diri dengan metode kesadaran ini akan melahirkan pemimpin yang adaptif terhadap perubahan era dan tangguh dalam menghadapi tekanan,” pungkasnya.
Acara FGD ini dihadiri oleh para peserta PPPJ dan sejumlah pejabat Kejaksaan RI yang turut berperan aktif dalam diskusi mengenai dinamika penegakan hukum di era modern.
(Red)

